(Foto: thinkstock)
Sindrom makan malam merupakan salah satu gangguan mental yang membuat orang hanya mau makan di malam hari setelah lewat jam makan malam dan tidak makan lagi saat sarapan atau pun makan siang.
Sindrom ini biasanya terjadi pada orang yang sedang menjalani program diet ketat sehingga tidak makan selama sarapan dan makan siang, serta membebankan semua kebutuhan perut saat makan malam.
Orang yang mengalami sindrom makan malam sering disebabkan karena depresi dan kecemasan, diet berkepanjangan atau kebosanan yang berlebihan.
Dilansir Webmd, Jumat (14/1/2011), orang dengan sindrom makan malam sering mengalami gejala seperti berikut:
- Sedikit atau tidak nafsu makan sama sekali saat sarapan dan makan siang
- Makan lebih banyak setelah waktu makan malam
- Makan lebih dari separuh asupan sehari pada waktu makan malam
- Terbangun di tengah malam untuk makan dalam porsi banyak dan kembali tidur lagi
Sindrom ini bisa membahayakan kesehatan karena orang dengan sindrom makan malam akan mengalami penurunan hormon melatonin (hormon tidur) dan leptin (hormon yang mengontrol nafsu makan). Pada waktu yang sama, hormon kortisol (hormon stres) justru naik.
Yang tampak secara nyata, orang dengan sindrom ini akan kekurangan waktu tidur, yang menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, jantung dan penyakit serius lainnya.
Bagaimana mengatasinya?
Karena orang dengan sindrom makan malam mengalami penurunan hormon melatonin dan leptin, maka terapi hormon dapat membantunya dengan mempromosikan tidur dan mengurangi rasa lapar di malam hari.
Menambah asupan karbohidrat juga dapat membantu karena dapat merangsang produksi insulin yang meningkatkan kadar triptofan dalam otak, yaitu substansi yang berasal serotonin.
Selain membantu orang untuk tidur, serotonin juga membuat orang merasa bahagia dan senang sehingga bisa mengatasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar